Ksei Eksys Adakan Fiqh Muamalah Discussion, Digitalisasi Ekonomi Syariah Dongkrak UMKM

KSEI EkSys kembali laksanakan FASSION (Fiqh Muamalah Discussion). Sabtu, 5 Desember 2020. Dengan mengusung tema “Digitalisasi Ekonomi Syariah Dongkrak UMKM: Bagaimanakah Penerapannya?”. Untuk pemateri diksusi kali ini Ksei Eksys mendatangkan Bapak Jouhar Fikri yang merupakan CEO dari Sharfin dan Financial Planner. Sementara Nana Sofiana merupakan Sekretaris Departemen Public Relation Ksei Eksys Unesa bertindak segai moderator. Acara ini berlangsung secara daring melalui zoom dan dimulai sekitar pukul 10.00-12.00.
Akselerasi UMKM Melalui Digitalisasi
(Jouhar Fikri, CFP)
Apa yang dimaksud dengan UMKM?
UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) atau istilah kerennya adalah StartUp. Perusahaan rintisan yang masih berproses menemukan pasar potensialnya dan memiliki ratarata omset dibawah 500 juta.
Apa saja kontribusi UMKM terhadap negara dan masyarakat?
a. Negara
- Mampu mensupport 60% dari total PDB Indonesia. Sehingga sangat bergantung pada UMKM. Jika UMKM banyak yang gulung tikar maka akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Adanya covid-19 saat ini, juga berimplikasi pada UMKM.
- Backbone ekonomi negara khususnya untuk membantu negara keluar dari jurang krisis. Oleh karena itu, jika daya beli masyakarat terhadap para pelaku UMKM berkurang, maka PDB yang saat ini sudah minus akan semakin minus lagi dan tidak terjadi pertumbuhan ekonomi.
- Pengurang kesenjangan ekonomi dan pengurang angka pengangguran
b. Masyarakat
- Dapat membuka lapangan kerja baru untuk masyrakat sekitar.
- Meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar karena efek perputaran ekonomi secara lokal. Bapak Ekonomi Islam, Ibnu Khaldun. Menerangkan bahwa sebuah indikator negara yang kaya, bukan terletak pada banyaknya uang pada negara itu. Melainkan, terletak pada kecepatan perputaran uang itu beredar dan seberapa baik pertumbuhan ekonomi di negara tersebut, sehingga dapat mensejahterahkan masyarakatnya.
Ada 2 elemen yang di support oleh UMKM, yaitu elemen konsumen (C) dan Ekspor (X)
Y= C + I + G + (X - M)
Apa saja permasalahan yang sering dialami oleh UMKM?
1. Permodalan, kendala permodalan yang membuat terhambatnya proses ekspansi.
- Hutang/Pembiayaan. Yang cenderung dekat dengan UMKM adalah lembaga keuangan perbankan (BRI), karena memang fokus pendistribusian kreditnya adalah untuk kredit mikro maka tidak heran jika sering dijumpai bahkan sampai level ke pasar-pasar. Sehingga jika bank konvesional semakin populer di kalangan UMKM, maka kita tidak bisa membumikan lembaga keuangan syariah. Oleh karena itu, hutang / pembiayaan harus di support oleh lembaga keuangan syariah. Namun, terkadang UMKM belum bisa masuk ke bank atau jajaran bankable karena banyak para pelaku UMKM masih belum memiliki pembukuan. - Dana Investasi. Seorang akan memberikan dana investasi kepada para pelaku UMKM dengan melihat return dari UMKM serta melihat bisnisnya dapat berkembang sejauh mana. Jika ingin mendapatkan dana dari investasi maka harus bisa membuat bisnis plan yang bagus yang dapat menarik investor untuk memberikan dananya kepada UMKM.
2. Tidak Memiliki Pembukuan
Karena mempunyai pembukuan yang baik akan mampu membantu UMKM membuat peta bisnis yang lebih tertata dan dapat mempermudah pelaku UMKM dalam mendapatkan akses permodalan. Seringkali para pelaku UMKM masih beranggapan bahwa uang hasil jualan sama dengan pendapatan mereka, masih banyak yang belum bisa memecah uang dapur dengan uang jualan mereka. Sehingga harus segera di edukasikan kepada UMKM agar mempunyai pembukuan yang baik. Dimana fungsi dari pembukuan sendiri dapat menarik atau membuat UMKM menjadi lebih bankable sehingga mendapat akses perbankan. Namun, realitasnya masih UMKM masih kurang pengetahuannya mengenai pembukuan yang mengakibatkan masih banyak para pelaku UMKM yang unbankable, yaitu sebanyak 77% menurut Kemenkop.
3. Aspek Legal.
Aspek hukum terkadang masih dilupakan oleh para pelaku UMKM, karena mereka berpendapat bahwa mengurusi aspek legal untuk tahap awal dalam berbisnis bukan menjadi prioritas utama, tetapi fokus mendapatkan pasar dan konsumen adalah yang paling penting.
Melihat beberapa permasalahan diatas, lalu apa saja solusi yang tepat ?
Dengan cara Melek Digital, akan mudah didapatkan jika paham terkait digital. Namun, sering kita jumpai bahwa kebanyakan para pelaku UMKM berusia 40 tahun keatas sehingga akan sulit dalam memahami digital. Oleh karena itu, perlunya edukasi dari mahasiswa yang lebih inovatif dengan cara mengenalkan melalui komunitas – komunitas, dan harus secara continue. Peran digital bisa diperoleh melalui :
- Pemasaran. Terkait pemasaran akan lebih mudah dipahami oleh kaum muda, berbeda dengan para pelaku UMKM yang berusia 40 tahun keatas. Mereka berbeda dengan UMKM muda yang dapat memahami market place, sosial media, bahkan tiktok. Oleh karena itu, ditekankan kembali edukasi secara continue untuk mereka sangat dibutuhkan.
- Pembukuan dapat menggunakan digital melalui aplikasi. Tujuan pencatatan pembukuan agar lebih rapih dan tertata, yaitu UMKM lebih reliable untuk dapat permodalan dari fintech.
- Permodalan
- Legal, jasa legal online kini sudah banyak. Sehingga para pelaku UMKM dapat diarahkan terkait proses legal dalam menjalankan usahanya.
Mari Kita Mengenal Fintech
a. Aggregator, yang membantu mencarikan produk keuangan manakah yang cocok dengan kebutuhan UMKM.
b. CrowdFunding / P2P Lending, yaitu crowdfunding yang berbasis donasi yang kemudian disalurkan kepada UMKM yang akan diberikan donasi tersebut, dan dipantau progress serta kemudian bagi hasil untuk si pemberi donasi.
c. Payment, seperti Gopay, OVO, dan lain-lain jika semuanya dapat terintegrasi ke e- money maka akan yang memudahkan UMKM karena tidak perlu melakukan pencatatan.
d. Market Support, yaitu untuk membantu UMKM dalam pencatatan .
Lalu, Bagaimana Peran Fintech?
Literasi masyarakat tentang keuangan masih rendah. Peran fintech disini dapat meningkatkan angka inklusivitas keuangan dan literasi keuangan. Jadi terbukti dari melihat akumulasi rekening borrower (seseorang yang investasi) dan lender (UMKM yang butuh modal. Akumulasi dari fintech dapat meningkatkan angka pembukaan rekening perbankan. Karena untuk memudahkan dalam mendapatkan akses permodalan.
Fintech Syariah
Per September 2020 sudah ada 157 Fintech di OJK, namun yang syariah hanya 12. Sehingga masih menjadi peluang yang memiliki ide untuk memvalidasi idenya karena idnustri fintech syariah masih luas. Dari 12 Fintech tersebut sebanyak 30% yang bagus, antara lain ;
- Ammana
- Alami
- Qazwa
- Kapitalboost
Perlunya Ekosistem Keuangan Syariah
Kita butuh yang namanya Islamic Sandbox, dimana kita butuh ekosistemnya, kita butuh orang-orang yang meliputi :
- Akses Mentoring, yang mentoring agar bisa lebih maju dalam mengembangkan bisnisnya.
- Support Supply Chain, yaitu butuh suppliyer atau partner dalam menjalankan UMKM nya.
- Kesempatan Pendanaan, dari lembaga keuangan syariah
Contoh ‘Sandbox’ Level Mikro, yaitu BTPN Syariah yang fokus ke ultra mikro. BTPN membuat ekosistem dengan cara membuat kelompok dengan prinsip tanggung renteng, dan sebelum diberi pendanaan kelompok ini diberi mentoring mengenai bagaimana pembukuan yang baik dan benar, diajarkan leadership, dan terdapat unsur gotong royong dari prinsip tanggung renteng.