Cryptocurrency: Uang Masa Depan Antara Inovasi dan Nilai-nilai Islam

Asal Usul Cripto Currency
Cripto currency, atau mata uang kripto, adalah bentuk uang digital yang menggunakan teknologi kriptografi untuk keamanan dan pengelolaan transaksi. Bitcoin, yang diluncurkan pada 2009 oleh individu atau kelompok dengan nama samaran Satoshi Nakamoto, adalah mata uang kripto pertama yang sukses. Sejak itu, ribuan mata uang kripto lainnya telah muncul, seperti Ethereum, Ripple, dan Litecoin.
Awalnya, cripto currency diciptakan untuk memberikan alternatif desentralisasi terhadap sistem perbankan tradisional, memungkinkan transaksi peer-to-peer tanpa perantara. Blockchain, teknologi di balik cripto currency, memastikan bahwa setiap transaksi dicatat secara transparan dan aman.
Makna Uang dalam Literatur Fiqh
Dalam literatur fiqh, uang disebut dengan istilah tsaman atau nuqud (jamak dari naqd). Para ulama mendefinisikan naqd sebagai segala sesuatu yang digunakan sebagai media pertukaran dan diterima secara umum, tanpa memandang bentuk dan kondisi media tersebut. Abdullah bin Sulaiman al-Mani' mendefinisikan naqd sebagai berikut:
النَّقْدُ هُوَ كُلُّ وَسِيْطٍ للتَّبَادُلِ يَلْقَى قَبُوْلاً عَامًا مَهُمَا كَانَ ذَلِكَ الْوَسِيطُ وَعَلَى أَيِّ حَالٍ يَكُونُ
"Naqd (uang) adalah segala sesuatu yang menjadi media pertukaran dan diterima secara umum, apa pun bentuk dan dalam kondisi seperti apa pun media tersebut." (Abdullah bin Sulaiman al-Mani', Buhuts fi al-Iqtishad al-Islami, Mekah: al-Maktab al-Islami, 1996, h. 178)
Definisi lain dari naqd yang disampaikan oleh Muhammad Rawas Qal'aji berbunyi sebagai berikut:
النَّقْدُ: مَا اتَّخَذَ النَّاسُ ثَمَنًا مِنَ الْمَعَادِنِ الْمَضْرُوبَةِ أَوْ الْأَوْرَاقِ الْمَطْبُوعَةِ وَنَحْوِهَا، الصَّادِرَةِ عَنِ الْمُؤَسَّسَةِ الْمَالِيَّةِ صَاحِبَةِ الإِخْتِصَاصِ
"Naqd adalah segala sesuatu yang diakui oleh masyarakat sebagai alat tukar, baik berupa logam yang dicetak maupun kertas yang diterbitkan oleh institusi keuangan yang berwenang" (Muhammad Rawas Qal'aji, al-Mu'amalat al-Maliyah al-Mu'asirah fi Daw' al-Fiqh wa al-Tashri', Beirut: Dar al-Nafa'is, 1999, h. 23).
Definisi naqd dalam literatur fiqh menunjukkan bahwa uang tidak hanya berfungsi sebagai media pertukaran yang diterima secara luas oleh masyarakat, tetapi juga mendapat dukungan dari otoritas keuangan tradisional yang berwenang. Hal ini menekankan pentingnya legitimasi dan stabilitas dalam penggunaannya sebagai alat tukar dalam kegiatan ekonomi sehari-hari. Uang yang diakui secara resmi, seperti mata uang yang diterbitkan oleh negara atau institusi keuangan yang diotorisasi, memberikan kepercayaan kepada masyarakat dalam melakukan transaksi. Keberadaan otoritas ini memastikan bahwa nilai uang tetap stabil dan tidak mudah dipengaruhi oleh fluktuasi pasar yang tidak teratur, sehingga mengurangi unsur gharar (ketidakpastian) yang dilarang dalam prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, penerimaan uang sebagai alat tukar dalam masyarakat bukan hanya bergantung pada nilainya, tetapi juga pada dukungan regulasi yang memastikan keabsahan dan keamanannya dalam sistem ekonomi.
Bagaimana Hukum Cryptocurrency dalam Islam?
Jika kita kaitkan definisi naqd dalam fiqh dengan cryptocurrency, terdapat beberapa poin penting untuk dipertimbangkan. Cryptocurrency diciptakan sebagai alternatif media pertukaran yang tidak terikat oleh otoritas perbankan tradisional, dengan menggunakan teknologi blockchain untuk menjamin keamanan dan transparansi transaksi. Meskipun demikian, fluktuasi nilai yang tinggi pada cryptocurrency sering menimbulkan gharar (ketidakpastian), sehingga beberapa ulama menyatakan bahwa penggunaan cryptocurrency sebagai alat tukar tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Selain itu, cryptocurrency belum secara umum diterima sebagai media pertukaran yang sah di seluruh dunia. Sebagian ulama, seperti yang dinyatakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), menyatakan bahwa penggunaan cryptocurrency sebagai alat pembayaran adalah haram karena mengandung unsur gharar dan tidak memenuhi syarat-syarat yang diakui dalam literatur fiqh mengenai uang (naqd).
Blockchain dalam Pandangan Islam
Implementasi dalam Sistem Keuangan Blockchain, teknologi yang menjadi dasar cryptocurrency, sebenarnya dapat digunakan dalam berbagai aplikasi yang sesuai dengan prinsip Islam, seperti dalam sistem pelacakan rantai pasokan halal, perbankan syariah, asuransi, pendidikan, dan zakat. Jika digunakan dengan cara yang positif dan sesuai dengan nilai-nilai Islam, blockchain dapat menjadi inovasi yang mendukung transparansi dan keadilan dalam transaksi keuangan, selaras dengan definisi naqd sebagai media pertukaran yang diakui dan dapat diterima secara umum.
Kesimpulan
Dalam menghadapi perkembangan teknologi keuangan, khususnya cryptocurrency dan blockchain, penting bagi umat Muslim untuk mengadopsi pendekatan yang kritis dan berbasis prinsip syariah. Penggunaan konsep naqd dalam fiqh memungkinkan kita untuk mengevaluasi keabsahan cryptocurrency sebagai alat tukar yang diakui dan sah, serta mengidentifikasi potensi risiko yang mungkin timbul dari transaksi yang melibatkan gharar, riba, dan maysir. Oleh karena itu, pendidikan dan pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip syariah sangat diperlukan agar individu dan lembaga dapat berpartisipasi dalam inovasi keuangan dengan cara yang etis dan bertanggung jawab. Dengan demikian, pendekatan ini tidak hanya mendukung kemajuan teknologi, tetapi juga menjaga integritas dan nilai-nilai Islam dalam praktik ekonomi.
Referensi
- Al-Mani, A. B. S. (1996). Buhuts fi al-iqtishad al-Islami. Mekah: al-Maktab al-Islami.
- Cahayani, I., Nihayati, A., & Pertiwi, E. A. (2023, March). DOES BLOCKCHAIN BREAK DOWN OR TRANSFORM THE ISLAMIC FINANCIAL SYSTEM?. In Proceeding International Seminar of Islamic Studies (pp. 28-40).
- Jī, Q., & Rawās, M. (1999). Al-Muʻāmalah al-Māliyyah al-Muʻāṣirah fīḌau’al-Fiqh wa al-Syarīʻah. Beirūt: Dār al-Nafa’is.
- Habibi, M. W., Izza, L. N., & Thalita, R. (2023). Transaksi Pembayaran Melalui Cryptocurrency Dalam Perspektif Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dan Nahdlatul Ulama (NU). Komparatif: Jurnal Perbandingan Hukum Dan Pemikiran Islam, 3(1), 45-67
- Masri, R. V., Herlinda, H., & Julina, J. (2024). Pengaruh Hukum Syariah, Intervensi Negara, dan Risiko Keamanan terhadap Niat Berinvestasi dalam Cryptocurrency di Indonesia. ISRAF Sharia Economic Research Journal, 1(1).
- MUSTAFA, M. T. (2023). Analysis of Online Media Stance toward Mui's Decision Regarding the Halal-Haram of Cryptocurrencies. International Journal of Health, Education & Social (IJHES), 6(7), 38-52.
- Putri, E. S. E., & Assyifa, Z. (2024). Analisis Syariah Terhadap Praktik Trading Forex Online: Identifikasi Masalah Dan Solusi. Journal of Economic, Management, Business, Accounting Sustainability, 1(2), 18-23.
- Rambevha, V. R., Sigauke, C., & Ravele, T. (2024). Predicting the closing price of cryptocurrency Ethereum. Statistics, Optimization & Information Computing, 12(5), 1306-1324.
- Röckener, M. (2024). Centralized Crypto Exchanges Incorporating Decentralized Features: Factors Driving Implementation and Impact on the Competitive Landscape (Doctoral dissertation, Hochschule Mittweida).
- Santoso, S., Janwari, Y., Jubaedah, D., Kusumah, N. R., & Muharni, Y. (2024). Penggunaan mata uang kripto pada ekosistem keuangan sosial islam ditinjau dari perspektif pemikiran uang Al-Ghazali: PENGGUNAAN MATA UANG KRIPTO PADA EKOSISTEM KEUANGAN SOSIAL ISLAM DITINJAU DARI PEMIKIRAN UANG AL-GHAZALI. JOURNAL ISLAMIC ECONOMICS AD DIWAN, 4(1), 19-35.