Hijrah dan Ekonomi: Perspektif Sosiologi Ekonomi

Dalam perspektif sosiologi ekonomi, hijrah mencakup perubahan pola konsumsi dan produksi sebagai bagian dari aktivitas dasar ekonomi masyarakat. Fenomena hijrah yang kian meluas di kalangan komunitas Muslim milenial urban menandai kebangkitan kembali semangat Islam di ruang publik. Hijrah bukan sekadar kampanye moral yang mengarahkan perilaku sesuai nilai-nilai Islam, tetapi juga menjadi bagian dari gaya hidup dan budaya populer di kalangan komunitas Muslim perkotaan.
Secara sosiologis, hijrah dilihat sebagai upaya untuk keluar dari tekanan yang berat, yang dilakukan oleh kaum kafir Quraisy melalui fitnah, pengasingan, tekanan fisik dan mental, embargo ekonomi, serta penyiksaan. Oleh karena itu, tren hijrah atau transformasi menuju kehidupan yang lebih baik sesuai syariah Islam berdampak positif bagi sektor ekonomi nasional.
Dalam konteks ekonomi, peringatan Tahun Baru Hijriah 1446H juga dapat dimaknai sebagai momentum perubahan ekonomi dari resesi menuju kondisi yang lebih baik. Semangat hijrah ini membawa dampak positif yang signifikan, mulai dari peningkatan kesadaran konsumen terhadap produk halal, hingga munculnya bisnis-bisnis yang berlandaskan prinsip-prinsip syariah. Misalnya, munculnya banyak usaha kecil dan menengah (UKM) yang mengedepankan etika bisnis Islami, serta meningkatnya investasi pada industri halal.
Tidak hanya itu, hijrah juga menginspirasi berbagai program dan inisiatif untuk pemberdayaan ekonomi umat. Komunitas Muslim yang berhijrah seringkali mendukung ekonomi berbasis syariah dengan berpartisipasi dalam koperasi syariah, lembaga keuangan mikro syariah, dan berbagai program pengembangan ekonomi berbasis komunitas. Hal ini mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan, serta membantu mengurangi kesenjangan ekonomi.
Firman Allah dalam SurahAl Isra Ayat 26-27:
وَءَاتِ ذَا ٱلْقُرْبَىٰ حَقَّهُۥ وَٱلْمِسْكِينَ وَٱبْنَ ٱلسَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا
إِنَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓا۟ إِخْوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِ ۖ وَكَانَ ٱلشَّيْطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورًا
Terjemahnya: "Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros, Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya."
Lebih jauh lagi, hijrah juga berdampak pada pola konsumsi masyarakat. Konsumen Muslim yang berhijrah cenderung memilih produk-produk yang tidak hanya halal, tetapi juga tayyib (baik). Ini mencakup makanan, kosmetik, fashion, dan bahkan sektor pariwisata. Industri halal global semakin berkembang dengan pesat seiring dengan meningkatnya permintaan dari konsumen yang sadar akan pentingnya produk halal dan tayyib.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah · Ayat 168
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًاۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ ١٦٨
Terjemahnya: Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh yang nyata.
Dalam Tafsir Wajiz disebutkan, Wahai manusia! Makanlah dari makanan yang halal, yaitu yang tidak haram, baik zatnya maupun cara memperolehnya. Dan selain halal, makanan juga harus yang baik, yaitu yang sehat, aman, dan tidak berlebihan. Makanan dimaksud adalah yang terdapat di bumi yang diciptakan Allah untuk seluruh umat manusia, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan yang selalu merayu manusia agar memenuhi kebutuhan jasmaninya walaupun dengan cara yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah. Waspadailah usaha setan yang selalu berusaha menjerumuskan manusia dengan segala tipu dayanya. Allah mengingatkan bahwa sungguh setan itu musuh yang nyata bagimu, wahai manusia.
Selain itu, hijrah juga membawa perubahan signifikan dalam perilaku keuangan individu. Prinsip-prinsip syariah mendorong individu untuk menjauhi praktik riba (bunga) dan lebih memilih investasi yang berbasis pada bagi hasil. Ini mendorong pertumbuhan sektor keuangan syariah, termasuk perbankan syariah, asuransi syariah (takaful), dan pasar modal syariah. Institusi keuangan syariah memainkan peran penting dalam menyediakan alternatif keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, yang semakin diminati oleh umat Muslim.
Dalam peringatan Tahun Baru Hijriah 1446H, semangat hijrah diharapkan terus menginspirasi masyarakat untuk tidak hanya melakukan perubahan dalam aspek spiritual, tetapi juga dalam aspek ekonomi dan sosial. Dengan demikian, hijrah dapat menjadi katalisator bagi pembangunan ekonomi yang lebih berkelanjutan, adil, dan sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Semoga informasi ini bermanfaat dan dapat menginspirasi perubahan positif dalam berbagai aspek kehidupan kita.
-TIM WEB EKIS UNESA-