Blue Print Pariwisata Syaria Melalui Standarisasi Hotel, Restoran, SPA Dan Pengembangan Friendly Moslem Destination Untuk Pembangunan Ekonomi Kreatif Jatim

Blue Print Pariwisata Syaria Melalui Standarisasi Hotel, Restoran, SPA Dan Pengembangan Friendly Moslem Destination Untuk Pembangunan Ekonomi Kreatif Jatim
Oleh:
Dr. Mutimmatul Faidah, M.Ag
Dr. HM. Khoirul Anwar, M. EI
Dra. Arita Puspitorini, M. Pd
Universitas Negeri Surabaya
RINGKASAN
Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah memberikan alternatif peningkatan pembangunan potensi pariwisata daerah melalui penyusunan blue print pengembangan wisata syaria. Target khusus penelitian ini (1) menghasilkan formula layanan jasa Spa syar’i; (2) menghasilkan rumusan standarisasi kehalalan restoran; (3) menghasilkan grand design hotel syar’i; dan (4) Menghasilkan rancangan destinasi wisata yang ramah bagi wisatawan muslim. Permasalahan yang diungkap pada penelitian tahun pertama ini adalah: (1) bagaimana aplikasi konsep syari’i pada Spa muslimah di Jawa Timur?; (2) bagaimana layanan jasa Spa muslimah yang diharapkan konsumen?; (3) bagaimana konsepsi hukum Islam tentang produk layanan jasa Spa?; dan (4) Bagaimana farmula fasilitas dan layanan jasa Spa yang sesuai dengan konsep Islam? Penelitian ini mengikuti metode penelitian Quality Function Deployment yang biasa disingkat QFD. QFD adalah suatu metodologi untuk menterjemahkan kebutuhan dan keinginan konsumen ke dalam suatu rancangan produk yang memiliki persyaratan teknik dan karakteristik kualitas tertentu (Cohen, 1996). Terdapat tiga tahapan dalam pengembangan blue print pariwisata syaria dengan metode QFD ini, yaitu: (1) tahap perencanaan House of Quality; (2) tahap Assembly/Deployment; dan (3) tahap Market Trial (Cohen; 1995). Kegiatan yang dilakukan pada tahun pertama ini adalah: (1) mengkaji konsep Islam tentang bisnis syari’ah di bidang Spa dengan melakukan wawancara kepada pakar dan praktisi serta kajian literatur; (2) melakukan kajian rumusan standart layanan Spa sesuai SKKNI; (3) observasi dan survey ke beberapa Spa muslimah untuk mengetahui layanan jasa yang diberikan dan fasilitas yang disediakan; (4) melakukan wawancara dengan owner Spa muslimah tentang pengelolaan Spa; (5) memberikan angket layanan Spa syar’i kepada konsumen (Costumer Need); (6) menganalisis persepsi konsumen terhadap Spa muslimah yang sudah ada; (7) menerjemahkan keinginan konsumen Customer Satisfaction Performance; (8) menyusun formula layanan jasa Spa syar’i; dan (9) melakukan sosialisasi dan pendampingan layanan Spa syar’i kepada owner Spa. Berdasar pemaparan data yang telah disampaikan dapat disimpulkan beberapa hal berikut : Pertama, aplikasi konsep syar’I pada jasa Spa di beberapa salon muslimah Surabaya dari sisi fasilitas belum merespon kebutuhan konsumen muslim, seperti ketersediaan tempat yang layak untuk tamu pria, ketersediaan musholla, ruang terapi yang terpisah sesuai jenis layanan yang diberikan dan ketersediaan ruang Spa terpadu untuk seluruh tahapan Spa. Dari sisi layanan masih terdapat unsur melewati batas aurat sesama wanita, seperti layanan perawatan Spa Vagina dan tidak menutup bagian tubuh wanita yang tidak dilakukan terapi. Kedua, terdapat dua kategori kebutuhan wisatawan muslim terhadap fasilitas dan layanan Spa, yaitu: Mutlak (M) dan Tidak Mutlak (TM). Mutlak berarti fasilitas tersebut harus tersedia. Sedangkan Tidak Mutlak berarti fasilitas tersebut lebih baik tersedia, namun demikian boleh tidak tersedia. Fasilitas Spa Syar’i yang dibutuhkan konsumen adanya ketersediaan unsur berikut: lahan parkir, lobby, fasilitas tamu laki-laki, front office, toilet umum, tempat sholat, ruang Spa, ruang untuk berendam yang menyatu dengan ruang Spa, ruang perawatan wajah, ruang perawatan rambut, ruang Spa Advicer, ruang teraphis dan dapur. Layanan Spa yang diharapkan konsumen berbasis profesionalitas. Ketiga, kajian hukum terhadap produk Spa menghasilkan rumusan bahwa Spa dengan beragam produk yang ditawarkan hukumnya mubah/boleh didasarkan tujuan merawat dan memelihara pemberian Allah dan juga pengobatan, bukan untuk merubah ciptaan Allah (taghyir fi khalqillah), menggunakan bahan dan kosmetik halal dan tidak menyebabkan kerusakan, prinsip profesionalitas, dan tidak melewati batas aurat berat wanita. Jika ketentuan di atas tidak terpenuhi maka produk Spa dihukumi Haram. Keempat, fasilitas Spa muslimah dikembangkan berdasar prinsip : (1) merespon kebutuhan tamu laki-laki yang mengantar pelanggan; (2) penjagaan privacy pelanggan saat melakukan perawatan; (3) tersedianya sarana ibadah yang memadai di tempat Spa; (4) tidak ada unsur pornografi dalam ruangan Spa; (5) aman dan nyaman dengan sirkulasi udara yang memadai serta pencahayaan sesuai kebutuhan. Layanan jasa Spa syari’I dikembangkan berdasar prinsip : (1) bertujuan untuk merawat dan memelihara pemberian Allah dan juga pengobatan, bukan untuk merubah ciptaan Allah (taghyir fi khalqillah); (2) tindakan berbasis perawatan profesional tidak mengarah pada tindak sesual atau pornoaksi; (3) menggunakan bahan dan kosmetik halal dan aman; (4) tidak ada ritual yang mengarah pada kesyirikan; (5) terjaganya privacy klien; (6) menutup bagian tubuh yang tidak dilakukan terapi; (7) mengawali terapi dengan basmalah dan mengakhiri dengan hamdalah; (8) tidak berendam di bathup secara bersamasama; (6) tidak melakukan Spa bersama-sama dalam satu ruangan tanpa sekat dan (8) tidak melihat dan menyentuh aurat berat wanita kecuali untuk tujuan pengobatan. Kelima, terdapat perbedaan kriteria antara hotel konvensional berbintang dengan hotel syaria’ah. Hotel konvensional terbagi menjadi enam kelas, yaitu hotel berbintang satu, dua, tiga, empat, lima, dan hotel tidak berbintang (melati). Sementara hotel syari’ah terbagi dalam dua kategori yaitu hilal 1 dan hilal 2. Pemberian sertifikat hilal 1 dan hilal 2 didasarkan atas terpenuhinya kriteria layanan dan fasilitas yang dibutuhkan wisatawan muslim. Layanan dan fasilitas tersebut terbagi dalam kriteria mutlak (harus ada) dan tidak mutlak (tidak harus ada). Hotel syariah menjalankan usaha berbasis prinsip syariah baik dari sisi produk, fasilitas, dan menejemen.
Kata Kunci : Pariwisata, muslim, destinasi, restoran, hotel
Artikel lengkap silahkan copy link dibawah ini: